EKSISTENSI DAN MARTABAT MANUSIA
Assalamu’alaikum Wr Wb
Assalamu’alaikum Wr Wb
Hari ini saya akan posting tentang EKSISTENSI DAN MARTABAT MANUSIA. Berikut penjelasannya.
1.
Tujuan Penciptaan Manusia
Allah menegaskan tujuan penciptaan manusia dalam firman-Nya, yang
artinya: Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka
beribadah kepada-Ku, (Q.S. Adz-Dzariyat : 56)
Hakikat ibadah, menurut Sayyid Quthb tersimpul dalam dua prinsip,
yakni:
·
Tertanamnya
makna menundukkan dan merendahkan diri kepada Allah (ai-'ubudiyah lillah) di
dalam jiwa. Dengan kata lain, manusia senantiasa menyadari bahwa dalam alam ini
hanya ada satu Tuhan yang kepada-Nya manusia beribadah.
·
Berorientasi
kepada Allah dalam segala aktivitas kehidupan. (Sayyid Quthb. 1975. Jilid VI, Juz
27 : 378)
Nabi Muhammad SAW menggariskan prinsip suatu aktivitas yang bernilai
ibadah atau tidak dalam suatu hadits beliau, yang artinya: Sesungguhnya nilai segala
perbuatan diukur dengan niatnya, dan sesungguhnya setiap perbuatan seseorang
akan dibalas sesuai dengan niatnya. (Bukhari. 1994: 3)
Hadits di atas memberi petunjuk bahwa shalat, puasa, zakat dan haji
hanya merupakan sebagian saja dari sekian banyak lapangan ibadah yang tersimpul
dalam kedudukan manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi.
2.
Fungsi dan Peranan Manusia
Manusia mempunyai peran yang ideal yang harus dijalankan, yakni memakmurkan
bumi, mendiami dan memelihara serta mengembangkannya demi kemaslahatan hidup
mereka sendiri, bukan mengadakan pengrusakan di dalamnya.
Kedudukan yang dipegang dan peranan yang dimainkan manusia dalam
panggung kehidupannya di dunia pasti berakhir dengan kematian. Sesudah itu, dia
akan dibangkitkan atau dihidupkan kembali di alam akhirat. Di alam akhirat ini
segala peranan yang dilaksanakan manusia selama hidup di dunia, sekecil apapun
peranan itu, akan dipertanggungjawabkan, lalu dinilai dan diperhitungkan oleh
Allah Yang Maha Adil. Setiap peranan akan mendapa balasan. Peranan yang baik
akan mendapat balasan yang baik, sementara peranan yang buruk akan mendapatkan
balasan yang buruk pula. Manusia yang memperoleh balasan yang buruk akan
merasakan kesengsaraan yang teramat sangat, dan manusia yang memperoleh balasan
yang baik akan merasakan kebahagiaan yang abadi.
Tugas atau fungsi manusia di dalam kehidupan ini adalah menjalankan
peranan itu dengan sempurna dan senantiasa menambah kesempurnaan itu sampai
akhir hayat. Hal itu dilakukan agar manusia benar-benar menjadi makhluk yang
paling mulia dan bertaqwa dengan sebenar benar taqwa. (Q.S. Ali Imran: 102 dan
Q.S. Al-Hujurat: 13)
TANGGUNG
JAWAB MANUSIA
1.
Tanggung Jawab Manusia sebagai Hamba Allah
Hamba Allah adalah orang yang taat dan patuh kepada perintah Allah.
Ketaatan, ketundukan dan kepatuhan manusia itu hanya layak diberikan kepada
Allah. Dalam hubungannya dengan Tuhan, manusia menempati posisi sebagai ciptaan
dan Tuhan sebagai Pencipta. Posisi ini memiliki konsekuensi adanya keharusan
manusia untuk taat dan patuh kepada Penciptanya. Hal ini sudah termaktub dalam
A1-Qur’an tentang tujuan Allah menciptakan manusia, yakni untuk menyembah
kepada-Nya. Konsekuensi manusia sebagai hamba Allah, dia harus senantiasa beribadah
hanya kepada-Nya. Hanya Allah-lah yang disembah dan hanya kepada Allah-1ah
manusia mohon pertolongan (Q.S. Al-Fatihah : 5). Beribadah kepada Allah
rnerupakan prinsip hidup yang paling hakiki bagi orang Islam sehingga
perilakunya sehari-hari senantiasa mencerminkan pengabdian itu di atas
segala-galanya.
2.
Tanggung Jawab Manusia sebagai Khalifah Allah
Al-Quran banyak memperkenalkan ayat tentang hakikat dan sifat-sifat
manusia sebagai makhluk yang menempati posisi unggul. Jauh Sebelum manusia
diciptakan, Tuhan telah menyampaikan kepada malaikat bahwa Dia akan menciptakan
khalifah (wakil) di muka bumi. Manusia adalah khalifah Allah di muka bumi. Sebagai
penguasa di bumi, manusia berkewajiban membudayakan alam semesta ini guna
menyiapkan kehidupan yang bahagia dan sejahtera.
Konsekuensi kekhalifahan manusia di muka bumi adalah membangun,
mengolah dan memakmurkan bumi ini dengan sebaik-baiknya. Dengan demikian
kehidupan seorang muslim akan dipenuhi dengan amaliah dan kerja keras yang
tiada henti. Kerja keras bagi seorang muslim adalah salah satu dari bentuk
ibadah kepada Allah.
Manusia yang dianggap sebagai khalifah tidak akan menjunjung tinggi
tanggung jawab kekhalifahannya tanpa dilengkapi dengan potensi-potensi yang
memungkinkannya mampu melaksanakan tugasnya. M. Quraish Shihab mengemukakan
beberapa potensi tersebut yang diberikan Allah kepada manusia sehubungan dengan
kedudukannya sebagai khalifah Allah di muka bumi, yakni:
a)
Kemampuan
untuk mengetahui sifat, fungsi, dan kegunaan segala macam benda. Melalui
potensi ini manusia dapat menemukan hukum-hukum dasar alam semesta, menyusun
konsep, mencipta, mengembangkan, dan mengemukakan gagasan untuk melaksanakannya
serta memiliki pandangan menyeluruh terhadapnya.
b)
Pengalaman
selama berada di sorga, baik yang manis seperti kedamaian dan kesejahteraan,
maupun yang pahit seperti keluarnya Adam dan Hawa dari surga akibat terbujuk
oleh rayuan syaitan. Pengalaman ini amat berharga dalam menghadapi rayuan
syaitan di dunia, sekaligus peringatan bahwa jangankan yang belum masuk surga,
yang sudah masuk surga pun, bila mengikuti rayuan syaitan akan diusir dari surga.
c)
Tuhan
telah menaklukkan dan memudahkan alam semesta ini untuk diolah oleh manusia.
Penaklukkan yang tidak mungkin dilakukan oleh manusia sendiri. Perlu
digarisbawahi bahwa kemudahan dan penaklukan tersebut bersumber dari Allah.
Dengan demikian, manusia dan seluruh isi alam semesta itu mempunyai kedudukan
yang sama dari segi ketundukkan (penghambaan diri) kepada Allah.
d)
Tuhan
memberikan petunjuk kepada manusia selama berada di bumi.
Sumber :
Elmubarok, Zaim, dkk. 2016. Islam Rahmatan Lil'alamin. Semarang : Unnes Press.
Sekian postingan saya kali ini mengenai EKSISTENSI DAN MARTABAT MANUSIA. Semoga bermanfaat.
Wassalamu’alaikum Wr Wb
0 Komentar untuk "EKSISTENSI DAN MARTABAT MANUSIA"
Silahkan berkomentar sesuai artikel